Game Sebagai Hiburan, Game yang Lebih dari Hiburan

Sabtu, 23 Juni 2018


     Tulisan ini didedikasikan tidak secara khusus untuk Mika, Dirham, Dhafin, Kemas, Hilman, Fachran, Emer dan Tito. Kok banyak? Ya begitu. Backstory yang agak panjang dulu.





     Gue sebagai pemain Dota dan sebagai pribadi pada umumnya, adalah orang yang kompetitif. Sejak kecil, dimasa jaya Facebook (yaitu dijaman gue SD, tahun 2006-2012) gue bikin akun Facebook bukan untuk bersosialisasi (karena masih SD juga, mau kenalan sama siapa) setelah dibuatin akun sama bapak, akun Facebook gue mayoritas digunakan untuk main game-game ga jelas yang repetitif, penuh grinding, minim animasi (beberapa pengecualian) dan maksimal pay-to-win.


     Apanya yang kompetitif? Status dan kebanggaan sosial. Level yang tinggi, item (aitem; noun; , buken item sebagai warna dalam bahasa indonesia) langka yang bisa dipamerin, story arc yang udah jauh didepan. Semua grinding dilalui cuman buat status sosial yang tidak berharga itu. Lalu perlahan Facebook gue tinggalkan, dipicu oleh maraknya game yang benar-benar game, bukan game setengah mateng yang ada di Facebook.


     Awalnya gue main PointBlank, game khas warnet karena dorongan komunitas sebaya lingkungan SD. Lalu masuk masa SMP, yang tadinya PointBlank condong ke saudara sebapaknya, Lost Saga. (Dulu mereka berdua masih dibawah naungan Gemscool, belom terpecah). Dan progress gue bisa dikatakan cukup cepat, terutama untuk orang yang tidak membeli exp booster. Tapi apadaya, namanya juga masih anak-anak, gue sering beli voucher Gemscool. Gue lupa detail dari berapa jumlah uang yang gue investasikan ke PointBlank tapi untuk akun Lost Saga mencapai 800rb, dalam kurun waktu 2 tahun. Mayoritas digunakan untuk membeli hero permanen. Semua dari tabungan btw, bukan minta. Gue menyiksa diri demi beli hero permanen.


     Kelas 2 SMP, gue mulai beralih lagi ke game yang lebih 'bernama' di dunia game internasional, Dota 2. Terima kasih Bya. Gue suka genre FPS tapi rasanya lebih nyaman main game non-fps seperti Dota dan Lost Saga seharian. PointBlank terasa sangat menguras tenaga mata.


     Sekarang ke poin utama dari postingan ini. Gue masih aktif bermain Dota 2 dan Dota-lah tujuan gue membuat postingan ini. Gue sebagai orang yang kompetitif pasti akan berusaha semampu diri, berjuang untuk menang di pertempuran yang fana ini. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya jika pengorbanan waktu, pikiran dan perasaan kita selama 40 menit dibayar tunai dengan tulisan merah di tengah layar 'Loss' ? Marah, sedih, kecewa. Sekarang bayangkan bermain 3 match dan semua hasilnya sama, kalah. Destruktif terhadap jiwa dan raga.


     Kadang, semangat dan keinginan gue untuk menang menutupi kemampuan gue untuk berpikir jernih. Tidak jarang, demi mencapai kemenangan hampa itu, gue main dengan ultra-serius bahkan beralih dari menggunakan voice chat untuk komunikasi menjadi sarana pelampiasan segala macam mishap. Untuk orang-orang yang disebutkan diawal post, dan mungkin beberapa orang kurang beruntung lainnya yang tidak disebutkan, ketahuilah bahwa semua dan segala macam makian, amarah dan sumpah serapah yang pernah gue ucapkan tidak sedikitpun dipikirkan matang-matang. Semua terjadi di momen itu dan momen itu saja. Tidak ada pertimbangan apa dan bagaimana kelanjutan setelah kalimat tidak bijak tersebut terucap.


     Ketahuilah bahwa tidak ada yang lebih mengikis kesabaran gue dibanding kalah terhadap orang yang tidak layak menang. Musuh yang menang karena pemberian, bukan perjuangan. Kekalahan yang terjadi akibat kesalahan-kesalahan konyol yang tidak perlu terjadi. Kenapa gue ga pensiun Dota aja lalu menikmati hidup seperti manusia normal? Jawabannya adalah sebuah kutipan dari sebuah video.

"The fact that it brings out in the worst in people is part of the reason why its so rewarding i think. Of course, thats why dota has kept me engaged more than any other games i ever had. The emotions are never neutral. You never feel neutral about dota. Im either really happy that i won and that game was sick or i fucking hate it and i never want to touch it again. And im like "why did i devote my life to this game""

Dota summarized


1 comment:

  1. Marvelous, truly marvelous. Sadly only those that were mentioned that will get what you meant in this page

    ReplyDelete