Waktu Bebas dan Jam Terbang

Senin, 27 Agustus 2018


     Semarang adalah kota yg relatif sedikit lebih panas dibanding Jakarta. Lebih terik, lebih silau dan lebih merusak kulit. Karena itulah gue suka sekali mencuci dan menjemur sendiri baju di kost, daripada harus berserah diri pada kenyamanan dan kemudahan laundry. 



     Syarat utama hidup murah adalah harus rajin dan tidak boleh malas. Ingin makan murah? Ada warteg yg jaraknya kira-kira 500 meter dari kost.
Ingin makan malam sambil nongkrong? Ada burjo yg murah kira-kira 200 meter dari kost, lebih murah dibanding burjo yg berada tepat di sebelah kost.
Ingin menekan pengeluaran harian? Cuci sendiri pakaian dan jemur di kost.


     Yang paling gue sukai dari mencuci dan menjemur pakaian sendiri di kost adalah semua bisa kering dalam setengah hari, bahkan 4 jam. Semua berkat panasnya cuaca Semarang, yg sudah mulai terasa sejak jam 9 pagi. Jika misal cucian basah dijemur sejak jam 9, maka maksimal jam 3 sudah kering, bisa lebih cepat. Karena itulah gue menyebut jam 9 pagi sampai 3 sore sebagai 'Golden Hours' untuk menjemur.


     Sama seperti jemuran yg memiliki 'Golden Hours', gue sebagai maba (menurut gue) sedang mengalami waktu dimana semua terasa bebas dan mudah, tidak (atau mungkin lebih tepatnya belom) ada kegiatan yg mengikat, jadwal kuliah hanya 2 mata pelajaran tiap hari, banyak waktu luang untuk berbenah kamar kost, berbenah diri, dan menikmati hidup. Istirahat 8 jam sehari masih bisa menjadi kenyataan, laundry tidak perlu ditunggu menumpuk. Semua tenang, fleksibel dan santai.


     Lalu gangguan mulai datang satu-persatu. Mengusik ketentraman yg singkat ini, mulai dari tugas dosen yg sudah mulai mengalir deras hampir setiap mata pelajaran, banyaknya UKM dan organisasi-organisasi perkuliahan lainnya yg sudah membuka pendaftaraan dan wawancaranya, lalu masih ada sisa-sisa masa orientasi di beberapa fakultas. Hal inilah yg kadang mengusik gue dan membuat tidak nyaman.


     Awalnya gue ingin kuliah secukupnya. Dalam artian tidak terlalu memaksakan diri ikut berbagai macam organisasi (seperti saat kelas 1 SMA, dimana gue mengikuti 4 organisasi sekaligus. Setiap hari pulang malem) dan ingin memiliki banyak waktu yg fleksibel. Waktu yg bisa dikondisikan sesuai keperluan, apakah itu untuk kerja kelompok, berkunjung ke kost org atau jalan-jalan. Tapi sepertinya hal tersebut tidak (atau mungkin belom, kita lihat saja nanti) mungkin terjadi. Banyaknya acara dan kegiatan opsional rasa wajib adalah penyebabnya.


     Yg membuat gue tidak mudah menerima hal ini adalah di masa SMA, gue sendiri dipimpin oleh rasa keingintahuan dan kebodohan yg mendaftarkan diri ke 4 organisasi sekaligus dan harus menanggung akibatnya sendiri. Di dunia perkuliahan, masa orientasi (atau pengkaderan) masih berlanjut, bahkan bisa berlangsung hingga setahun lebih. Gue sendiri pribadi sudah sering mengalami yg namanya pendidikan mental/karakter baik sebagai peserta maupun panitia dan sudah kenyang dalam menerima materi tersebut, dan kira-kira sudah paham aturan dasar dari kegiatan ini yang mana membuat gue menulis post kali ini.


     Semoga kegiatan ini cepat selesai, agar mereka yg ingin bebas dan mereka yg ingin sibuk dapat melaksanakan keinginannya.


No comments:

Post a Comment